Keajaban Pangan Lokal Untuk Stamina

By Admin


nusakini.com - Magelang (10/8) - Sudah tidak dipungkiri lagi, kekayaan alam Indonesia luar biasa. Keuntungan geografis wilayah Indonesia yang berada di wilayah tropis dengan kondisi tersinari matahari sepanjang tahun, menjadi keunggulan yang patut disyukuri bersama. Secara biogeografi, bentang alam Indonesia memiliki kawasan yang terdiri dari biogeografi flora dan fauna dengan ciri Asia dengan Australia. Keberadaan Indonesia berdasarkan biogeografi tersebut menyebabkan Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.

Di sisi lain, tidak kalah beragamnya, masyarakat mendiami Indonesia tercatat mencapai 300 etnik dan 1300-an bangsa (Sensus BPS tahun 2010). Keanekaragaman ini mampu disatukan oleh semboyan bersama bangsa Indonesia yakni "Bhineka Tunggal Ika". Filosofi tersebut mampu menyatukan hubungan antar sesama, membangun kekeluargaan, persatuan dan keharmonisan antar elemen masyarakat. 

Dirjen Hortikultura Suwandi menyadari bahwa pola hidup sehat dipengaruhi salah satunya dengan asupan makanan yang baik. Makanan yang baik mampu meningkatkan stamina tubuh dan potensi diri. 

Untuk itu dirinya bersama berbagai pihak belajar dan napak tilas jejak nenek moyang jaman dulu dalam berbagai aktivitas salah satunya memproduksi pangan lokal sebagai sumber energi tubuh.

Bukti pemanfaatan pangan lokal seperti kopi, kedelai, kentang dan lainnya yang berdampak pada stamina wisatawan. "Ini adalah latihan menggunakan pangan lokal bersama teman - teman Dinas Pertanian bagaimana memanfaatkan pangan lokal kedelai, kopi, dan lainnya yang berdampak ke wisatawan. Diharapkan naik turun tangga tidak lelah", jelas Suwandi. 

Pemanfaatan pangan lokal yang baik perlu didorong cara berpikir positif. Dimulai dengan keikhlasan, menghargai hidup, bersyukur, saling berbagi, hingga mencapai bahagia bersama. 

Hadir dalam acara tersebut, Anggota Komisi IV DPR RI Endang Sukarti, dan Fadholi, Kepala Dinas Pertanian & Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Yuni Astuti; Extragen Pupuk Organik, Ati Chandra; dan Dirut Taman Wisata Candi, Edi Setijono

Praktisi kesehatan, dr. Hanson menjelaskan bahwa pangan lokal dapat meningkatkan stamina tubuh. Dokter yang memiliki ketertarikan terhadap pangan lokal ini menjelaskan bahwa pangan lokal dapat mengembalikan stamina tubuh seperti stamina nenek moyang dan menampilkan inner beauty.

Tidak hanya beragam, tanaman pangan, buah, sayur, serta hasil perkebunan yang tumbuh di Indonesia memiliki kualitas tersendiri yang mampu bersaing di mancanegara. Secara tidak langsung, ternyata ada korelasi antara kualitas tanaman dengan kondisi psikolgis masyarakat sekitar.

Lebih lanjut dirinya melakukan uji terhadap peserta yang hadir di Candi Borobudur. Hal unik yang disampaikan, ternyata tubuh kita sebenarnya mampu memilih sendiri makanan yang baik untuk di konsumsi yang dibuktikan melalui metode Kinesiology.

Kinesiology adalah teknik untuk melihat kemampuan tubuh melalui respon otot. Dengan metode ini, tubuh mampu memilih makanan yang cocok dan baik melalui respon otot. Hal ini langsung di contohkan di dalam kegiatan tersebut. Dicontohkan, peserta diminta untuk memegang beberapa foto sumber makanan yang ada kemudian dilihat bagaimana respon tubuhnya. Uniknya, jika memegang foto atau gambar sumber makanan lokal, kondisi otot berada dalam keadaan optimum atau menjadi kuat, tetapi sebaliknya pada sumber makanan yang berasal luar, kondisi otot menjadi melemah.

"Kita akan buktikan pangan lokal bisa membuat tubuh berpotensi kuat seperti nenek moyang dulu. Kita bisa naik turun tangga Candi Borobudur tanpa lelah, wajahnya malah tersenyum" jelas dr. Hanson. 

Dijelaskan bahwa secara ilmiah tubuh memiliki kecerdasan tubuh untuk mengenal makanan yang baik. Mengonsumsi makanan yang baik juga perlu ditunjang dengan olah dan sikap tubuh yang baik. Ini dikenal dengan Langkah Hanara (Happy, Natural, Radiant ).

Ilmu ini digunakan praktisi kesehatan di seluruh dunia untuk menemukan hal ideal bagi kesehatan tubuh melalui tes otot. Prinsipnya sederhana. Respon uji kinesiologi pada setiap input positif akan menguat. Bila tidak, terjadi sebaliknya. Secara sederhana disebutkan bahwa tubuh tidak pernah berbohong (your body never lies). 

Sumbatan acapkali terjadi akibat stress, polusi, dan pola hidup yang kurang baik. Stress, perasaan serta pikiran negatif, prasangka buruk, amarah, sangat buruk dampaknya pada meridien. Kecemasan beberapa detik saja dapat menyebabkan sumbatan di berbagai tempat dapat melemah apabila seseorang kurang istirahat.

Hal dibuktikan dalam beberapa sesi latihan kemarin yang melibatkan beberapa pegawai. Dicontohkan bahwa input perkataan buruk antar sesama dapat melemahkan anggota tubuh. Hal sebaliknya justru dapat menguatkan tubuh, meningkatkan kepercayaan diri serta membuat tubuh jauh lebih energik. 

Para peserta diajak untuk melakukan beberapa gerakan olah tubuh dalam beberapa sesi. Bila secara umum gerakan -gerakan tersebut dapat menyebabkan rasa letih dan lemah, hal ini tidak terjadi. Peserta tampak puas dan dapat merasakan dampak positif.

Anggota Komisi IV DPR RI Endang Sukarti mendorong pentingnya mengkonsumsi pangan lokal. Salah satunya saat mengunjungi Griya Greats di kawasan Candi Borobudur.

"Ini adalah pangan yang bebas dari produk kimia, ini bagus. Makanan organik ini kandungannya tidak kalah dengan makanan yang diendapkan lama. 

Ini bagus buat tubuh, tidak terkontaminasi bahan kimia. Buah impor itu bisa lama, mungkin pakai pengawet, tapi kalau pangan lokal tidak pakai pengawet.

Mendukung keuggulan pangan lokal, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Yuni Astuti dengan tegas menyampaikan pentingnya mengonsumsi pangan asli Indonesia. 

"Saya tekankan pangan lokal karena pangan lokal memiliki potensi yang luar biasa. Buah impor dan lokal rasanya saja lebih enak. Pangan lokal jelas cita rasa dan asal usulnya, tanpa _treatment_. Unsurnya lebih _fresh_ dibanding impor. Ayo kita sukai pangan lokal kita", jelasnya. 

Kementerian Pertanian selama ini telah berupaya menjaga dan meningkatkan kualitas pangan Indonesia selain dari sisi kuantitas produksi. (pr/eg)